Minggu, 03 Agustus 2014

Teknologi Garis Gawang


Laga antara Germany dan Inggris di 16 besar Piala Dunia 2010, menjadi laga yang paling menyita perhatian dunia pada waktu itu. Laga yang berkesudahan 4-1 ini untuk kemenangan Germany, menjadi kontroversi karena gol yang dicetak oleh frank lampard pada menit ke-38 tidak disahkan oleh wasit. Apabila gol Lampard ini disahkan bisa jadi hasil pertandingan waktu itu akan menguntungkan Inggris karena mental lawan yg biasanya terjatuh apabila mampu unggul 2 atau 3 gol lalu kemudian mampu disamakan apalagi kemasukan 2 gol dalam waktu kurang dari 1 menit bisa jadi sebuah pertanda “comeback” yang cukup fenomenal.
Dari kejadian tersebut menjadi perdebatan dunia sepak bola, untuk menggunakan teknologi garis gawang dalam sebuah pertandingan sepak bola. Meski sudah diusulkan sejak lama tetapi baru disetujui pada 5 Juli 2012, International Football Association Board secara resmi menyetujui penggunaan teknologi garis gawang. Kedua sistem yang disetujui yakni GoalRef dan Hawk-Eye —keduanya sistem yang diuji pada pengujian tahap kedua. Pada bulan Desember 2012, FIFA mengumumkan bahwa mereka akan memperkenalkan teknologi garis gawang untuk pertama kalinya dalam sebuah pertandingan kompetitif pada Piala Dunia Antarklub FIFA 2012 di Jepang.
Dalam sepak bola, teknologi garis gawang (Goal-Line Technology disingkat GLT) merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menentukan bilamana bola telah sepenuhnya melewati garis gawang dengan bantuan berbagai perangkat elektronik dan pada saat yang sama membantu wasit dalam menyatakan sebuah gol telah terjadi atau tidak. GLT tidak ditujukan untuk menggantikan peran wasit dan para hakim garis, namun lebih membantu mereka dalam membuat keputusan di lapangan pertandingan. GLT harus memberikan sebuah indikasi yang jelas mengenai apakah bola telah sepenuhnya melewati garis gawang dan informasi ini nantinya berperan untuk membantu wasit dalam membuat keputusan akhir.

0 komentar:

Posting Komentar