Laga antara Germany dan
Inggris di 16 besar Piala Dunia 2010, menjadi laga yang paling menyita
perhatian dunia pada waktu itu. Laga yang berkesudahan 4-1 ini untuk kemenangan
Germany, menjadi kontroversi karena gol yang dicetak oleh frank lampard pada
menit ke-38 tidak disahkan oleh wasit. Apabila
gol Lampard ini disahkan bisa jadi hasil pertandingan waktu itu akan
menguntungkan Inggris karena mental lawan yg biasanya terjatuh apabila mampu
unggul 2 atau 3 gol lalu kemudian mampu disamakan apalagi kemasukan 2 gol dalam
waktu kurang dari 1 menit bisa jadi sebuah pertanda “comeback” yang cukup
fenomenal.
Dari kejadian tersebut menjadi perdebatan dunia
sepak bola, untuk menggunakan teknologi garis gawang dalam sebuah pertandingan
sepak bola. Meski sudah diusulkan sejak lama tetapi baru disetujui pada 5
Juli 2012, International Football Association
Board secara resmi menyetujui penggunaan
teknologi garis gawang. Kedua sistem yang disetujui yakni GoalRef dan Hawk-Eye —keduanya
sistem yang diuji pada pengujian tahap kedua. Pada bulan Desember 2012, FIFA
mengumumkan bahwa mereka akan memperkenalkan teknologi garis gawang untuk
pertama kalinya dalam sebuah pertandingan kompetitif pada Piala
Dunia Antarklub FIFA 2012 di Jepang.
Dalam sepak bola, teknologi garis
gawang (Goal-Line Technology disingkat GLT) merupakan salah satu
cara yang digunakan untuk menentukan bilamana bola telah sepenuhnya melewati
garis gawang dengan bantuan berbagai perangkat elektronik dan pada saat yang
sama membantu wasit dalam
menyatakan sebuah gol telah terjadi atau tidak. GLT tidak ditujukan untuk
menggantikan peran wasit dan para hakim garis, namun lebih membantu mereka
dalam membuat keputusan di lapangan pertandingan. GLT harus memberikan sebuah
indikasi yang jelas mengenai apakah bola telah sepenuhnya melewati garis gawang
dan informasi ini nantinya berperan untuk membantu wasit dalam membuat
keputusan akhir.
0 komentar:
Posting Komentar